Hari minggu, hmm.. satu aktifitas yang paling menyenangkan di hari minggu,
temanin adek² sekolah minggu kelas Teruna -kira² usia kelas 2SMP ==> kelas 3SMA-..
Pada awalnya terasa agak canggung, tapi lama² mulai menikmati suasana bersama adek² Teruna tercinta..
Hari ini ada satu hikmah yang saya dapat ketika mendampingi mereka beribadah.
Seperti hari² minggu yang lain.. ibadah berlangsung 'monoton' dan masih minim kreatifitas,
Maklumlah.. sebagai kakak pembina; saya belum mampu berfungsi optimal sejak 2 bulan di tunjuk sebagai pe-je-es. ini PR saya, untuk diselesaikan secepatnya..
Tapi bukan itu hikmah yang saya maksud..
Ketika ibadah sampai ke pemberitaan firman, seorang Majelis gereja atau presbiter yang bertugas, yang menyampaikan pemberitaan firman..
Adek² teruna memperhatikan dengan seksama, sementara bapak majelis menjelaskan dengan penuh wibawa namun sedikit kikuk dan bisa di bilang rada bingung..
Padahal saya tau, bapak satu ini sudah cukup 'makan asam garam' dalam urusan pemberitaan firman..
Walaupun dengan bahasa yang -menurut saya terlalu tinggi dan sulit- untuk dimengerti adek² teruna, akhirnya selesai juga renungannya..
Sampai disitu ceritanya, terus begini hikmahnya;
Untuk membahasakan sesuatu menjadi lebih sederhana, ternyata bukan hal yang mudah.
Mungkin bapak majelis tadi cukup handal untuk berkhotbah bagi orang² dewasa.
Bisa dengan setumpuk teori, segudang teologi, sederet gaya bahasa..
Tapi soalnya jadi lain, ketika teori², teologi² dan macam² gaya bahasa itu, mesti di bahasakan dalam bahasa anak² teruna yang notabene masih usia SMP&SMA..
Ini bukan perkara mudah.. salah membahasakannya, teori² bisa jadi tidak dimengerti, teologi² bisa jadi melenceng, atau bisa saja gaya bahasanya tetap tidak dimengerti kelompok anak²..
Mungkin karena alasan ini, saya jarang sekali menemui Pendeta yang gelarnya Doktor, Master, Profesor, dll.. mau atau bahkan mampu, mengajar sekolah minggu.
Walaupun saya sering mendengar alasan 'klise' untuk itu; Sekolah minggu kan bukan levelnya para Doktor, Master itu..
Untuk alasan itu, saya cuma bisa katakan 'bukankah pendidikan itu lebih efektif jika dimulai sejak usia dini??'
Celakanya, dewasa ini banyak orang berlomba² untuk bisa berkomunikasi dan berbahasa dengan istilah² dan model penyampaian yang mentereng, canggih dan menggunaka bahasa² yang kantany 'bahasa tinggi'
Dan eforia ini menular, jadinya semakin sedikit orang yang mau berkomunikasi dangan bahasa sederhana.. 'Kalo kosa kata dan gaya bicaranya sederhana, pasti pendidikanya juga pas²an' begitu anggapan orang nantinya klo kita berkomunikasai dengan sederhana,,
Padahal justru membahasakan yang sulit menjadi mudah dimengerti, belum tentu bisa dilakukan orang yang berpendidikan tinggi..
Teringat mantan guru saya Pak A.A. Yewangoe pernah berujar "Orang pintar adalah orang yang mampu menyederhanakan hal² sulit menjadi lebih mudah dimengerti"
Untuk hal itu, saya angkat topi untuk pengajar² anak kecil. apapun itu nama kelompoknya; Taman- kanak², kelompok bermain, sekolah minggu dan semua yang sejenis..
Kalian sungguh luar biasa,
Teruslah mem'bahasakan' ilmu dengan bahasa yang sederhana,, karena tak semua orang bisa seperti kalian..
0 comments:
Posting Komentar