I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sabtu, 30 April 2011

bahasa sederhana

Hari minggu, hmm.. satu aktifitas yang paling menyenangkan di hari minggu,
temanin adek² sekolah minggu kelas Teruna -kira² usia kelas 2SMP ==> kelas 3SMA-..
Pada awalnya terasa agak canggung, tapi lama² mulai menikmati suasana bersama adek² Teruna tercinta..

Hari ini ada satu hikmah yang saya dapat ketika mendampingi mereka beribadah.
Seperti hari² minggu yang lain.. ibadah berlangsung 'monoton' dan masih minim kreatifitas,
Maklumlah.. sebagai kakak pembina; saya belum mampu berfungsi optimal sejak 2 bulan di tunjuk sebagai pe-je-es. ini PR saya, untuk diselesaikan secepatnya..

Tapi bukan itu hikmah yang saya maksud..

Ketika ibadah sampai ke pemberitaan firman, seorang Majelis gereja atau presbiter yang bertugas, yang menyampaikan pemberitaan firman..
Adek² teruna memperhatikan dengan seksama, sementara bapak majelis menjelaskan dengan penuh wibawa namun sedikit kikuk dan bisa di bilang rada bingung..
Padahal saya tau, bapak satu ini sudah cukup 'makan asam garam' dalam urusan pemberitaan firman..


Walaupun dengan bahasa yang -menurut saya terlalu tinggi dan sulit- untuk dimengerti adek² teruna, akhirnya selesai juga renungannya..
Sampai disitu ceritanya, terus begini hikmahnya;

Untuk membahasakan sesuatu menjadi lebih sederhana, ternyata bukan hal yang mudah.
Mungkin bapak majelis tadi cukup handal untuk berkhotbah bagi orang² dewasa.
Bisa dengan setumpuk teori, segudang teologi, sederet gaya bahasa..

Tapi soalnya jadi lain, ketika teori², teologi² dan macam² gaya bahasa itu, mesti di bahasakan dalam bahasa anak² teruna yang notabene masih usia SMP&SMA..
Ini bukan perkara mudah.. salah membahasakannya, teori² bisa jadi tidak dimengerti, teologi² bisa jadi melenceng, atau bisa saja gaya bahasanya tetap tidak dimengerti kelompok anak²..

Mungkin karena alasan ini, saya jarang sekali menemui Pendeta yang gelarnya Doktor, Master, Profesor, dll.. mau atau bahkan mampu, mengajar sekolah minggu.
Walaupun saya sering mendengar alasan 'klise' untuk itu; Sekolah minggu kan bukan levelnya para Doktor, Master itu..
Untuk alasan itu, saya cuma bisa katakan 'bukankah pendidikan itu lebih efektif jika dimulai sejak usia dini??'

Celakanya, dewasa ini banyak orang berlomba² untuk bisa berkomunikasi dan berbahasa dengan istilah² dan model penyampaian yang mentereng, canggih dan menggunaka bahasa² yang kantany 'bahasa tinggi'

Dan eforia ini menular, jadinya semakin sedikit orang yang mau berkomunikasi dangan bahasa sederhana.. 'Kalo kosa kata dan gaya bicaranya sederhana, pasti pendidikanya juga pas²an' begitu anggapan orang nantinya klo kita berkomunikasai dengan sederhana,,

Padahal justru membahasakan yang sulit menjadi mudah dimengerti, belum tentu bisa dilakukan orang yang berpendidikan tinggi..

Teringat mantan guru saya Pak A.A. Yewangoe pernah berujar "Orang pintar adalah orang yang mampu menyederhanakan hal² sulit menjadi lebih mudah dimengerti"

Untuk hal itu, saya angkat topi untuk pengajar² anak kecil. apapun itu nama kelompoknya; Taman- kanak², kelompok bermain, sekolah minggu dan semua yang sejenis..
Kalian sungguh luar biasa,
Teruslah mem'bahasakan' ilmu dengan bahasa yang sederhana,, karena tak semua orang bisa seperti kalian..

Selengkapnya...

Selasa, 26 April 2011

Maaf

Kata ini sering membuat saya senyum sendiri..


Merenungkan betapa dalam nya satu kata itu.. Maaf..


kata 'Maaf' itu mengingatkan saya pada kisah Jet Lee dalam salah satu adegan di film 'Bodyguard from beijing'
Alkisah, melalui kisah ini Jet Lee demi mengingatkan adik dari klien nya agar tidak selalu mengandalkan kata 'Maaf'.. begini ceritanya;


Konon di sebuah biara shaolin ada seorang murid yang amat sangat disayangi oleh gurunya..
Begitu sayangnya sang guru terhadap murid itu, sampai² setiap kesalahan yang di buat si murid selalu di maklumi sang guru..
Cukup dengan mengucapkan kata 'Maaf' si murid bisa bebas dari semua kesalahan nya..


Begitu murah nya kata 'maaf' bagi murid ini, sehingga kesalahan demi kesalahan di buatnya tanpa beban..
Dipikirnya; cukup datang ke guru dan bilang 'Maaf' maka semuanya bereeeessss...



Suatu ketika si murid bermain di perpustakaan kuil dengan lampion (lampu),
celakanya akibat kecerobohan yang dibuatnya; terjadi kebakaran di perpustakaan..
Api menjalar cepat menghanguskan seisi perpustakaan..
Dengan penuh rasa takut si murid melarikan diri dan bersembunyi..

Beberapa hari kemudian si murid sadar akan perbuatannya,
Ia berkata pada dirinya sendiri
"Saya telah berbuat salah, tapi lebih salah lagi apabila saya terus bersembunyi..
Baiklah saya kembali ke kuil dan mengakui semua perbuatan saya, memohon 'maaf' dan siap menerima semua hukuman dari guru"

Si murid lalu kembali ke kuil.. tentu sejuta kata 'maaf' telah siap di rangkainya..
Tapi apa yang didapatinya..
Ia sudah tidak bisa lagi mengucapkan kata 'Maaf' itu..
Gurunya.. orang yang amat sangat mencintai dia.. orang yang selalu setia memaafkannya..
Telah meninggal, ikut terbakar dalam perpustaan pada malam itu..

Sejak itu ia berjanji TIDAK AKAN PERNAH MENGUCAPKAN KATA 'MAAF'..

Maaf?? hmmm saya hanya bisa tersenyum...

Selengkapnya...

Jumat, 22 April 2011

Jumat siang itu

Di Jumat siang itu, apa sebenarnya yang terjadi?
Di Jumat siang itu, bumi menangis teramat sedih. Meratapi kematian putranya. sebab agama, untuk kesekian kali, telah menelan korban lagi.

Sampai kini, lama setelah Jumat siang itu, bumi tetap meratap.
Sebab korban² baru terus berjatuhan. demi dan atas nama kemurnian agama.

Toh itu belum cukup bukti untuk percaya bahwa agama itu berwatak ganda.
Disatu sisi berbicara tentang Allah yang maha rahmani, lagi rahimi; tentang hidup abadi bagi mereka yang bijak dan bajik.
Namun di sisi yang lain, matanya menyala penuh benci. Mulutnya menganga siap menelan korban. Tangannya tak segan² merakit bom dan menghunus pedang.

orang masih tak percaya, sambil berkata bahwa itu cuma ulah 'oknum'semata-mata. Tentang ini, saya cuma bisa bertanya: apakah agama, bila bukan orang²nya?

Marilah kita katakan, di Jumat siang itu, orang² beragama menyalibkan Dia; Atas nama kebenaran dan demi kemurnian agama (baca: agama Yahudi).

Mereka menyalibkan Dia bukan karena Dia jahat. Dimata penganut agama yang fanatik; kejahatan bukanlah dosa utama. mereka lebih memilih Barabas yang jahat, ketimbang Yesus yang mereka sebut penghujat dan penyesat.

Yang jadi soal adalah, kejahatan itu punya ukuran, misalnya; merampok, membunuh atau berjinah.. ITU JAHAT!!!
Namun penghujat dan penyesat, apa ukurannya???
Sesungguhnya untuk penghujat dan penyesat, tak ada ukuran yang bisa berlaku dimana-mana. Mungkin satu-satunya ukuran untuk 'penghujat dan penyesat' adalah: sebab ANDA MEMPUNYAI KEYAKINAN YANG BERBEDA DARI SAYA. Dan bagi sementara penganut agama, "berbeda" itu jahat, sesat dan amat berbahaya.. :(

Bila saya benar, itu berarti anda salah.. Agama lalu menampakan wajah garang demi satu hal itu tadi, bahwa: MENUMPAS PERBEDAAN ADALAH IDENTIK DENGAN MEMBELA KEBENARAN..

Di Jumat siang itu, bumi menangis dengan teramat sedihnya. meratapi kematian putranya. sebab agama, untuk kesekian kali, telah memakan korban lagi..

Dan sampai kini, lama setelah Jumat siang itu, bumi tetap meratap. Sebab korban² baru terus berjatuhan, Demi dan atas nama kemurnian agama.
Sesungguhnya kita pun ikut menangis.. Namun tak hanya cukup dampai menangis,
Kita harus mencegah korban² berjatuhan dalam kesia-siaan.
Kita mempunyai tanggung jawab untuk mengubah citra agama sebagai 'monster' yang haus darah.
Kita mempunyai panggilan untuk menampilkan wajah agama yang lebih ramah. Sebab itu yang dibutuhkan oleh dunia kita. DAN ITU SANGAT MUNGKIN KITA LAKUKAN!!

But how we do that??
Mulailah dengan Percaya dan yakin pada TUHAN yang Satu itu!!
Dan itu berarti bahwa; yang lain - apa pun itu - bukanlah Tuhan..
Karena itu apapun juga yang lain itu -termasuk keyakinan agama kita- tidak boleh kita per-Tuhan-kan, tidak boleh kita mutlakkan!!
Yang kita sembah hanya Tuhan. Kita tidak menyembah agama.

Kita menghormati keyakinan agamawi kita, itu pasti, tapi tidak memper-Tuhan-kannya.
Kita meyakini kebenaran agama kita, tentu saja, tapi tidak perlu memper-setan-kan yang lain.
Kita bersedia mati demi keyakinan agama kita, oo jelas itu, tapi tidak perlu membunuh.
Kita tak pernah memperjual-belikan prinsip² kebenaran agamawi kita, tentu saja, tapi tak perlu menutup hati dan telinga untuk saling belajar dari yang lain..


Itulah INKLUSIVISME..

Artinya: Tuhan kita yang satu itu saja yang mesti kita mutlakkan. Ia bekerja melalui agama kita, tetapi agama kita terlampau kecil untuk memenjarakan-Nya. Ia tetap bebas berdaulat untuk bekerja dengan cara apa saja dan melalui apa saja, tidak cukup cuma melalui kita.

Ah, sekiranya pemimpin² agama Yahudi pada waktu itu mau membuka diri untuk percaya bahwa Allah tidak hanya bekerja melalui struktur² agamawi mereka, tragedi di Jumat siang itu sebenarnya tak perlu terjadi..

Tapi itu sudah terjadi. Soalnya, apakah kita akan tetap mengulanginya?? mudah-mudahan tidak..



Dikutip dari renungan MR by EDP

Selengkapnya...

Selasa, 12 April 2011

Diam

Dalam Diamku yang paling diam...


Diam-diam aku memeluk diam...


Tapi diam tetap diam,


sembari terdiam menatapku..


dan terus menyiksaku diam-diam..


"Herodes mengajukan banyak pertanyaan kepada-Nya, tetapi Ia tidak memberikan jawaban apapun"

Selengkapnya...