Masih terngiang cerita singkat saat renungan pagi tadi di kantor.
Kisah tentang cerita seorang ibu kepada teman duduknya di pesawat dalam perjalanan ke jakarta.. Katakanlah Sebut saja Ibu Nur dan Mr Halid
Alkisah Ibu Nur punya 7 orang anak..
Anak ke-2 lulus kuliah dan jadi orang sukses di jakarta, anak ke-3 lulus S2 dan sukses di Singapore, anak ke-4 pengusaha di Ausie.. dan seterusnya sampai anak yang ke-7, singkat kata 6 orang anaknya meraih sukses luar biasa.
Cerita sukses ini mengundang decak kagum Mr Halid.. bagi Mr Halid, Ibu Nur lah tokoh luar biasa di balik sukses anak²nya..
Namun timbul rasa penasaran Mr Halid akan anak pertama dari ibu Nur. anak yang seolah terlupakan.. atau bisa dikatakan sengaja tak mau diceritakan si ibu..
Dengan penasaran Mr Halid lalu memberanikan diri menanyakan perihal anak pertama ibu Nur.. sembari membayangkan cerita sukses yang lebih hebat dari 6 orang anak lain tentunya.
Sambil tersenyum kecut, ibu Nur menceritakan tentang Anak Sulung nya yang bekerja sebagai petani di kampung, setiap hari bekerja memeras keringat mengurus sawah..Mr Halid semakin penasaran, gagalkah anak pertama ibu Nur??? o0o Tidak...
Hidup sebagai petani selama bertahun-tahun bekerja membanting tulang dan memeras keringat.. bermandikan lumpur di sawah setiap hari... semua itu dilakukannya selama bertahun-tahun demi membiayai semua kebutuhan study adik²nya hingga mereka semua menjadi orang sukses..
Adik-adiknya sekarang telah menjadi orang sukses.. dan si kakak?? Ia tetap sebagai seorang petani. tetap di kampung, hidup memeras keringat mengurus sawahnya, tanpa mengharap apa-apa dari adik²nya. Kebahagiaan baginya adalah Sukses orang² yang dicintainya.. Sampai disitu ceritanya..
Dalam hidup ini tidak banyak orang yang melakoni kehidupan dengan berperan layaknya si kakak tadi..
Coba lihat hidup kita, ga usahlah menunggu sampai jadi orang sukses.. cukuplah lihat hidup kita saat ini. sampai sekarang, sampai saat kita masih bisa hidup seperti ini, bukankah ada tokoh² yang berkorban demi keberadaan kita??
Memang seringkali kesadaran membawa kita untuk mengingat dan mencoba membalas semua yang pernah berkorban demi kita.. Tapi mengingat 'mereka' yang pernah berkorban untuk kita bukanlah hal mudah..
Standar sukses yang tinggi kadang membuat kita berpikir kehidupan sekarang masih 'biasa' dan dengan sendirinya belum banyak yang dikorbankan demi kehidupan yang biasa ini..
Padahal kita ga tahu, mungkin demi kehidupan kita yang biasa ini, ada orang yang rela mengorbankan semua yang ada pada dirinya..
Celakanya lagi.. orang-orang seperti ini biasanya ga mau terlalu ditonjolkan dalam setiap episode kehidupan..
mereka tidak mengharapkan balas jasa untuk semua yang mereka korbankan..
mereka kadang adalah orang-orang yang polos dan simple,
yang tersenyum sendiri ketika melihat hasil pengorbanan mereka ternyata membuahkan sukses pada orang² yang disayanginya..
mereka adalah orang² yang tak pernah melihat semua yang dilakukan sebagai 'pengorbanan'..
mereka adalah orang² luar biasa yang hanya ingin dianggap orang biasa..
Selamat mencari 'mereka' dalam kehidupan kita.. atau mungkin kita adalah salah satu dari 'mereka'..
untuk yang tak pernah mau dikenal..
untuk mereka yang polos dan sederhana..
untuk yang tersenyum bahagia, ketika yang lain tersenyum haru..
untuk sang pejuang dan sang pemalu...
untuk yang siap dilupakan...
untuk yang siap hidup untuk orang lain..
Go Ahead...
Dengan penasaran Mr Halid lalu memberanikan diri menanyakan perihal anak pertama ibu Nur.. sembari membayangkan cerita sukses yang lebih hebat dari 6 orang anak lain tentunya.
Sambil tersenyum kecut, ibu Nur menceritakan tentang Anak Sulung nya yang bekerja sebagai petani di kampung, setiap hari bekerja memeras keringat mengurus sawah..Mr Halid semakin penasaran, gagalkah anak pertama ibu Nur??? o0o Tidak...
Hidup sebagai petani selama bertahun-tahun bekerja membanting tulang dan memeras keringat.. bermandikan lumpur di sawah setiap hari... semua itu dilakukannya selama bertahun-tahun demi membiayai semua kebutuhan study adik²nya hingga mereka semua menjadi orang sukses..
Adik-adiknya sekarang telah menjadi orang sukses.. dan si kakak?? Ia tetap sebagai seorang petani. tetap di kampung, hidup memeras keringat mengurus sawahnya, tanpa mengharap apa-apa dari adik²nya. Kebahagiaan baginya adalah Sukses orang² yang dicintainya.. Sampai disitu ceritanya..
Dalam hidup ini tidak banyak orang yang melakoni kehidupan dengan berperan layaknya si kakak tadi..
Coba lihat hidup kita, ga usahlah menunggu sampai jadi orang sukses.. cukuplah lihat hidup kita saat ini. sampai sekarang, sampai saat kita masih bisa hidup seperti ini, bukankah ada tokoh² yang berkorban demi keberadaan kita??
Memang seringkali kesadaran membawa kita untuk mengingat dan mencoba membalas semua yang pernah berkorban demi kita.. Tapi mengingat 'mereka' yang pernah berkorban untuk kita bukanlah hal mudah..
Standar sukses yang tinggi kadang membuat kita berpikir kehidupan sekarang masih 'biasa' dan dengan sendirinya belum banyak yang dikorbankan demi kehidupan yang biasa ini..
Padahal kita ga tahu, mungkin demi kehidupan kita yang biasa ini, ada orang yang rela mengorbankan semua yang ada pada dirinya..
Celakanya lagi.. orang-orang seperti ini biasanya ga mau terlalu ditonjolkan dalam setiap episode kehidupan..
mereka tidak mengharapkan balas jasa untuk semua yang mereka korbankan..
mereka kadang adalah orang-orang yang polos dan simple,
yang tersenyum sendiri ketika melihat hasil pengorbanan mereka ternyata membuahkan sukses pada orang² yang disayanginya..
mereka adalah orang² yang tak pernah melihat semua yang dilakukan sebagai 'pengorbanan'..
mereka adalah orang² luar biasa yang hanya ingin dianggap orang biasa..
Selamat mencari 'mereka' dalam kehidupan kita.. atau mungkin kita adalah salah satu dari 'mereka'..
untuk yang tak pernah mau dikenal..
untuk mereka yang polos dan sederhana..
untuk yang tersenyum bahagia, ketika yang lain tersenyum haru..
untuk sang pejuang dan sang pemalu...
untuk yang siap dilupakan...
untuk yang siap hidup untuk orang lain..
Go Ahead...
manusia biasanya mau yang instant, seperti menggigit cabe, digigit langsung pedas.
BalasHapusminum obat, orang cenderung malas karena tidak enak, pahit dan tidak membuat kenyang. Padahal sangat bermanfaat di hari yang akan datang.
Anak sulung bu Nur, memenangkan dirinya, bersusah payah untuk sukses adik - adiknya. Jika adiknya tidak sukses, mungkin sekarang dia masih mengurusi adiknya di kampung.
Jumat depan, kita akan mendengar lagi kisah pengorbanan yang sangat besar. Untuk orang banyak, Dia tidak hanya menjadi petani, tapi mati di kayu Salib. Kiranya kita selamat seperti ke 6 anak bu Nur yang lainnya.
@pak Daud: makasih sudah mampir di blog saya..
BalasHapusbuat commentnya: Amiinn, pengorbanan Dia tak ternilai bagi kita....