I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sabtu, 31 Desember 2011

Akhiri dengan indah (sebuah kisah inspiratif di ujung 2011)

Dikisahkan, seorang tukang kayu yang telah kelelahan berkarya ingin segera menjalani kehidupan pensiunnya, sejak awal dia adalah tukang kayu yang berbakat, tukang kayu yang berdedikasi tinggi atas pekerjaannya, tukang kayu yang bertanggung jawab penuh.

Ketika ia menyampaikan keinginannya kepada Sang Tuan, ia malah diberi tugas terakhir sebelum pensiun, sang Tuan ingin ia membuat sebuah rumah megah untuknya.

Tukang kayu yang berbakat itu tiba-tiba berubah, ia menjadi tukang kayu yang sembrono, tukang kayu yang asal-asalan.
Pukulan palu yang harus ia ayunkan tiga kali, hanya ia ayunkan satu kali, itu pun ia lakukan dengan tidak sepenuh hati.
Dengan terpaksa ia menyelesaikan tugas terakhirnya, ia merasa Sang Tuan tidak lagi berpihak padanya, ia sungguh kecewa. Dan kekecewaannya ia lampiaskan pada pekerjaanya.

Sebuah “Rumah Mewah” yang jauh dari arti “Mewah ” akhirnya selesai tepat waktu.Ketika hari pensiun tiba, sang tukang kayu akhirnya mendapat sebuah amplop yang berisi sejumlah uang pensiun dan sebuah “KUNCI” rumah.
Ketika ia menerimanya segera ia tersadar, ternyata kunci yang digenggamnya adalah kunci dari “Rumah Mewah” yang baru selesai dibangunnya.

“Hadiah special ini dipersembahkan padamu, karena kerjamu yang luar biasa dan berdedikasi selama bekerja di sini.” Kata Sang Tuan.Lalu, sang tukang kayu hanya mampu melihat kunci rumah itu dengan “PENYESALAN”.



AKHIRI TAHUN 2011 DENGAN BAIK.. 
WELLCOME 2012

Selengkapnya...

Senin, 11 Juli 2011

Menjadi Seperti Seorang Anak Kecil

Jumat, Sabtu minggu kemaren Dave sakit.. tepatnya gangguan pencernaan.
Sedih dan ga tega liat Dave meringis dan sebentar-sebentar menangis seolah menahan sakit di perutnya.. Untungnya itu ga berlangsung lama.. Thanks God!!

Jumat sore waktu pulang kantor, saya lihat wajah Dave kelihatan ga se'segar' biasanya.. rawut kelelahan dan mungkin juga kesakitan masih terpancar..

Dave lebih banyak diam, tidak seperti biasanya..

Lalu saya ajak bermain, bercanda.. sekedar membawa dia keluar dari semua yang dialaminya..


Dan.. gracious!!... Dave ikut bermain bersama saya.. ceria, tertawa.. bahkan sampai terbahak-bahak..
Dave seolah lupa akan keadaan fisiknya yang mungkin lemah, sakit..

Saya terpana, begitu polosnya Dave sehingga semua keceriaan di terimanya dengan hati yang seolah tanpa beban..

Kebahagiaan diterima tanpa ada alasan beban yang dipikul..

Agaknya ini yang dimaksud dalam ajakan Sang Hidup untuk "Menjadi Seperti Soerang Anak Kecil"

Selengkapnya...

Selasa, 07 Juni 2011

Ternyata saya Lemah

Cuma satu hari ini sakit, itupun baru terasa waktu bangun pagi..
Tapi benar² cukup untuk membuat saya tak bisa berbuat banyak untuk melawan rasa sakit ini walau untuk sehari..

Thanks GOD, sorenya waktu pulang kerja sudah mulai ngerasa agak mendingan,

Dalam kondisi yang belum 100% sehat, saya sadar.. Ternyata saya lemah.

Banyak waktu yang telah saya lalui dengan keangkuhan seolah tubuh ini kuat bak Gatot Kaca..

Ternyata sakit ini, walau cuma sehari, sudah cukup untuk menyadarkan saya bahwa

"Saya tidaklah seperkasa singa, sekuat gajah atau setegar baja..

Saya adalah 'darah' dan 'daging', manusia biasa² yang sekadar berusaha untuk setia kepada Tuhannya***".

                       ***kutipan surat seorang penulis kepada orang² tercinta, menjelang ajalnya sumbernya disini

Selengkapnya...

Jumat, 20 Mei 2011

Belajar dari Choky

Tadi malam abis ikut ibadah gabungan semua karyawan Diman di karawaci.
yang buat saya pengen tulis tentang ibadah semalam adalah pembicaranya..

ya, pembicara dalam ibadah semalam, ternyata Choky Sitohang.
Tapi bukan karena dia Choky makanya saya bela-belain tulis klo saya ketemu Choky..
bagi saya, entah itu Choky ato Once ato siapa saja, ga ngaruh ke suasana hati saya..
apa lagi sampe histeris trus minta foto², wah sorry.. bukan gaya saya itu..

Nah loh, trus apa yang mau di ceritain tentang semalam..
Ceritanya dimulai ketika Choky mengisahkan perjalanan hidupnya menapaki dunia entertainment..
kisah tentang Kesaksian hidup seorang Choky.. 


Sebenarnya ga banyak yang berbeda dengan kisah hidup kebanyakan kita, ada naik-turun nya, ada pasang-surut, jatuh-bangun, berdosa-insyaf, hitam-putih.. dst..
Yang menarik dari kisah hidup Choky adalah cara Choky melihat 'saat-saat pahit' dalam hidupnya..


Banyak orag berpikir saat 'terpuruk/hancur' dalam kehidupannya adalah ketika kehidupannya benar² 'berantakan'.. ato istilah yg di pake Choky, kehancuran bagi kebanyakan orang adalah ketika ia benar² hidup jauh dari apa yang dikehendaki Tuhan-nya


Saya pun punya pikiran begitu.. bukankah anda juga??


Tapi tidak demikian bagi Choky.. 


Kehancuran dalam kehidupan seseorang -menurut Choky- sudah dimulai ketika orang menganggap sepele hubungan nya dengan Tuhan-nya.
hidup sudah beranjak 'hancur/pahit' bukan saja ketika kita menjauh dari kehendak sang Pencipta, tapi jauh sebelum itu..


ketika kita menganggap hubungan dengan Sang Pemberi hidup hanya 'sekedar' hubungan yang "ASAL ADA"


Saya terkesima, mestinya ini yang mesti saya perhatikan selama ini.. 

Ya, Choky benar sekali.. 

Jangan tunggu sampai hidup ini berantakan baru kita sadar kalo kita sedang menuju kehancuran.



Sesunguhnya kehancuruan sudah dimulai ketika seseorang menganggap sepele hubungannya dengan Tuhan..

Selengkapnya...

Senin, 16 Mei 2011

Udah lah Boss

Udah lah boss, biarkan gw 'berkreasi'..
sesekali bolehlah, gw urus sendiri apa yang bisa gw urus..
gw udah bukan bocah lagi boss.. inget itu boss..

Gw pengen bilang baek²..
gw ga mau di 'cap' jelek.. makanya gw selalu mencoba baek..

Mohon pengertian nya Boss..

Gw jg punya batas kesabaran boss.
Jangan salahkan gw kalo gw terpojok nanti.

Gw ga mau itu terjadi, tapi biarlah gw pikirkan kemungkinan terburuk..

Gw bisa bersikap kasar boss.. tapi itu ga pernah gw harapkan..

Udah lah Boss.....

Selengkapnya...

Jumat, 06 Mei 2011

Hidup itu belajar*

Selama masih ada hidup, kita masih diberi kesempatan belajar..
Belajar rupa² hal.

Belajar tahu diri dan mengenal diri. Belajar tahu apa kekuatan kita lalu menjadikan kekuatan itu berkat bagi banyak orang. Belajar tahu apa kelemahan kita lalu memperbaikinya.

Belajar mengenal orang lain. Belajar menerima orang lain sebagaimana dia adanya, menempatkan diri pada perasaannya, mengagumi keunggulannya, dan memaklumi kelemahannya. Belajar berterimakasih atas pertoongan orang lain, sekecil apapun itu..

Belajar menghadapi kesulitan sebab jalan hidup ini tidak selalu datar dan mulus, melainkan turun naik, mendung dan cerah, penuh tantangan dan persoalan.

Belajar jujur. Sebab hidup ini ibarat permainan atau pertandingan yang pada akhirnya diukur bukan dengan menang atau kalah, melainkan dengan ukuran bagaimana cara kita memainkan pertandingan itu.

Belajar bijak, mengatur waktu, menjaga kesehatan, bertanggungjawab, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mengatur uang, mengatur rumah, menyuruh diri sendiri dan melarang diri sendiri.

Belajar sabar, mengalah, memaafkan dan menerima keadaan..
Belajar berprakarsa, memanfaatkan kesempatan bahkan menciptakan kesempatan, bekerja keras, ulet, tangguh, tahan bantingan, hemat rajin dan tekun; sebab perbandingan orang jenius adalah 1% inspirasi banding 99% transpirasi alias peras keringat.

Belajar berjiwa besar, menghargai perbedaan, mengagumi yang berhasil, memuji yang berprestasi, membela yang kecil dan lemah, melindungi minoritas dan mengikutsertakan kaum pinggiran.

Belajar menjaga keseimbangan dan keutuhan antara kesibukan dan keteduhan, antara banting tulang dan tidur nyenyak, antara urusan vertikal dan horisontal, antara mengatur diri dan mempercayakan diri. Juga antara iman dan ilmu, sebab iman tanpa ilmu adalah picik sedangkan ilmu tanpa iman adalah pincang.

Belajar menghitung hari seperti doa Musa 'Ajarlah kami menghitung hari² kami....'
Artinya, menyadari bahwa hidup, dengan segala titipannya seperti keluarga, pekerjaan, sahabat dan lainnya, bukan milik kita selama-lamanya..

Dari situ kita belajar menghargai hidup. Menghargai hari² yang Tuhan tambahkan kepada kita. Belajar tersenyum bagai sekuntum bunga. Belajar bersyukur laksana kicau seekor burung dipagi hari. Belajar Hidup.

Belajar mempunyai hati nurani dan belajar mendengar hati nurani.
Belajar mencari dan melakukan kehendak Sang Pencipta kehidupan..

Hidup itu belajar. Selama kita masih diberi hidup, selama itu kita masih diberi kesembatan belajar. Belajar rupa² hal. Belajar setiap hari..

Selamat belajar!!!



*kutipan dari pengarang SB. Pak. Andar

Selengkapnya...

Sabtu, 30 April 2011

bahasa sederhana

Hari minggu, hmm.. satu aktifitas yang paling menyenangkan di hari minggu,
temanin adek² sekolah minggu kelas Teruna -kira² usia kelas 2SMP ==> kelas 3SMA-..
Pada awalnya terasa agak canggung, tapi lama² mulai menikmati suasana bersama adek² Teruna tercinta..

Hari ini ada satu hikmah yang saya dapat ketika mendampingi mereka beribadah.
Seperti hari² minggu yang lain.. ibadah berlangsung 'monoton' dan masih minim kreatifitas,
Maklumlah.. sebagai kakak pembina; saya belum mampu berfungsi optimal sejak 2 bulan di tunjuk sebagai pe-je-es. ini PR saya, untuk diselesaikan secepatnya..

Tapi bukan itu hikmah yang saya maksud..

Ketika ibadah sampai ke pemberitaan firman, seorang Majelis gereja atau presbiter yang bertugas, yang menyampaikan pemberitaan firman..
Adek² teruna memperhatikan dengan seksama, sementara bapak majelis menjelaskan dengan penuh wibawa namun sedikit kikuk dan bisa di bilang rada bingung..
Padahal saya tau, bapak satu ini sudah cukup 'makan asam garam' dalam urusan pemberitaan firman..


Walaupun dengan bahasa yang -menurut saya terlalu tinggi dan sulit- untuk dimengerti adek² teruna, akhirnya selesai juga renungannya..
Sampai disitu ceritanya, terus begini hikmahnya;

Untuk membahasakan sesuatu menjadi lebih sederhana, ternyata bukan hal yang mudah.
Mungkin bapak majelis tadi cukup handal untuk berkhotbah bagi orang² dewasa.
Bisa dengan setumpuk teori, segudang teologi, sederet gaya bahasa..

Tapi soalnya jadi lain, ketika teori², teologi² dan macam² gaya bahasa itu, mesti di bahasakan dalam bahasa anak² teruna yang notabene masih usia SMP&SMA..
Ini bukan perkara mudah.. salah membahasakannya, teori² bisa jadi tidak dimengerti, teologi² bisa jadi melenceng, atau bisa saja gaya bahasanya tetap tidak dimengerti kelompok anak²..

Mungkin karena alasan ini, saya jarang sekali menemui Pendeta yang gelarnya Doktor, Master, Profesor, dll.. mau atau bahkan mampu, mengajar sekolah minggu.
Walaupun saya sering mendengar alasan 'klise' untuk itu; Sekolah minggu kan bukan levelnya para Doktor, Master itu..
Untuk alasan itu, saya cuma bisa katakan 'bukankah pendidikan itu lebih efektif jika dimulai sejak usia dini??'

Celakanya, dewasa ini banyak orang berlomba² untuk bisa berkomunikasi dan berbahasa dengan istilah² dan model penyampaian yang mentereng, canggih dan menggunaka bahasa² yang kantany 'bahasa tinggi'

Dan eforia ini menular, jadinya semakin sedikit orang yang mau berkomunikasi dangan bahasa sederhana.. 'Kalo kosa kata dan gaya bicaranya sederhana, pasti pendidikanya juga pas²an' begitu anggapan orang nantinya klo kita berkomunikasai dengan sederhana,,

Padahal justru membahasakan yang sulit menjadi mudah dimengerti, belum tentu bisa dilakukan orang yang berpendidikan tinggi..

Teringat mantan guru saya Pak A.A. Yewangoe pernah berujar "Orang pintar adalah orang yang mampu menyederhanakan hal² sulit menjadi lebih mudah dimengerti"

Untuk hal itu, saya angkat topi untuk pengajar² anak kecil. apapun itu nama kelompoknya; Taman- kanak², kelompok bermain, sekolah minggu dan semua yang sejenis..
Kalian sungguh luar biasa,
Teruslah mem'bahasakan' ilmu dengan bahasa yang sederhana,, karena tak semua orang bisa seperti kalian..

Selengkapnya...